CERITA TEER #6 | CHARACTER BUILDING BESWAN DJARUM 2019


Ditulis pada minggu ke-tiga bulan november 2019.

Kalau ga salah.

___

Minggu lalu, saya mengikuti kegiatan Character Building yang diadakan oleh Djarum Foundation untuk membentuk karakter positif Beswan Djarum 2019/2020, di Cikole, Lembang. Kegiatan ini dilaksanakan selama 4 hari 3 malam, mulai dari hari rabu hingga hari Sabtu. Namun, saya dan teman teman dari regional Jakarta harus berangkat pada hari selasa agar sampai  ke Lembang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Kami sampai di cikole sekitar waktu subuh, dan kami harus berjalan sebentar melewati hutan pinus untuk sampai ke lokasi kegiatan. Ketika sampai di barak, kami dibiarkan untuk beristirahat terlebih dahulu, sembari menunggu kedatangan teman teman batch 1 dari regional lainnya. Waktu tersebut saya manfaatkan untuk berkenalan dengan teman-teman sesama regional jakarta, sembari saling bertukar cerita mengenai daerah asal masing masing secara garis besar. Waktu itu saya berfikir, bahwa saya harus beradaptasi dengan cepat di batch ini untuk mendapatkan teman sebanyak-banyaknya, sekaligus untuk mulai merasa nyaman dengan suasana yang ada. Pagi itu cikole dingin sekali! Saya yang tidak begitu menyukai dingin seolah-olah ‘dipaksa’ untuk mulai menyesuaikan diri lebih cepat dari biasanya.

Pagi menjelang siang, teman teman dari regional lainnya mulai berdatangan. Ada yang dari regional semarang, surabaya, dan teman teman yang datang dari bandung. Setelah berkenalan, satu yang saya sadari bahwa mereka super ramah. Tidak sungkan untuk berbicara dan berkelakar dengan teman teman dari daerah lain, yang mungkin cenderung bukanlah ‘anak kota’. Mereka juga beradaptasi dengan baik ketika sampai di lokasi.

Setelah semua peserta datang, kami dikumpulkan di lapangan untuk makan dan pembagian alat alat yang akan kami gunakan selama character building. Mulai dari baju, celana, handuk, sleepingbag, laundrybag, jaket, dan masih banyak lagi. Saya sangat bersyukur menjadi salah satu dari ratusan orang penerima beasiswa ini. Djarum beasiswa plus sangat loyal dan royal terhadap penerima beasiswanya (serius, ini bukan endorse).

Setelah kami menggunakan seluruh perlengkapan pada hari itu, kami kembali ke lapangan untuk melaksanakan apel pagi. Namun sebelum apel, kami dibagi dalam beberapa regu dan kebetulan sekali, saya tergabung dalam regu 4 yang mana anggotanya adalah orang orang yang sempat ngobrol dengan saya dan saya yakin bahwa mereka adalah orang orang yang asik dan bisa diajak kerjasama. Ketika menentukan danru (komandan regu), teman teman regu 4 menunjuk saya sebagai danru. Awalnya saya sempat menolak karena saya merasa kalau saya belum pantas untuk memimpin. Selain itu, saya juga punya ketakutan-ketakutan tersendiri yang membuat saya ragu, apa iya saya bisa memimpin teman-teman yang berasal dari latar belakang berbeda, yang punya pemikiran berbeda, bahkan saya yakin saya yang paling muda di regu itu. Tapi saya sangat bersyukur, teman teman regu 4 mau mempercayai saya untuk memimpin mereka.

Apel pun dimulai. Mulanya biasa saja, sampai akhirnya kegiatan resmi dibuka. Terdengar suara ledakan tidak jauh dari tempat kami apel. Disitu saya berfikir, ‘wah ini ga lucu’. Setelah apel selesai, kami beswan djarum, dihadiahi olahraga kecil kecilan oleh pelatih, yang cukup membuat nafas ngos-ngosan. Atau paling parah, badan akan terasa sakit, terutama bagi orang orang yang jarang bergerak maupun olahraga. Kami dihadiahkan pula bom berkali-kali, yang mengajarkan kami untuk siap sedia dan segera mencari perlindungan ketika musuh datang, apapun kondisinya.

Malam pun datang, kami diminta berkumpul dilapangan kembali untuk makan malam. Satu hal yang saya syukuri, selama CB, Djarum foundation sangat memerhatikan asupan gizi dalam makanan kami. Kami diberikan menu terbaik, sehingga walaupun kami capek, kami tidak akan sakit. Untuk waktu makan pun, saya tidak mempermasalahkan waktu makan karena selama kegiatan pun saya selalu bisa menghabiskan makanan tepat waktu. Disini saya belajar, bahwa bersyukur ketika makan itu penting, banyak orang lain yang menginginkan makanan kita, jadi kita tidak boleh menyia-nyiakan makanan yang telah diberikan kepada kita.

Ketika memasuki waktu tidur, kami kembali ke barak dan segera tidur. Tengah malam kami di bangunkan untuk melihat kesigapan, namun setelahnya kami diarahkan untuk tidur kembali. Parahnya, saya termasuk rombongan yang sulit ‘dibangunkan’, selalu seperti itu.

Keesokan harinya kami melakukan kegiatan pagi. Mulai dari olahraga hingga makan pagi. Setelahnya, masuklah kami ke sesi permainan-permainan yang menurut saya merupakan inti dari kegiatan CB. Kami diperintahkan untuk menentukan target pita merah yang akan kami kumpulkan, dengan batas minimal yakni 120 pita. Waktu itu regu kami membuat target untuk mengumpulkan 130 pita. Terbilang cukup kecil dan ‘tak mengambil resiko besar’ jika dibandingkan dengan regu lainnya. Tapi, waktu itu kami berfikir bahwa kami haruslah realistis sehingga tidak memasang target yang terlalu besar.

Game pertama yang kami lakukan ialah fill the water ball can up. Di permainan ini, kami berhasil melakukannya sebanyak 2 kali, bahkan hampir 3 kali. Regu kami melakukan games ini dengan bahagia dan penuh strategi sehingga tidak mengeluarkan banyak tenaga. Dan pakaian kami langsung kotor di permainan pertama. 

Banyak sekali games lainnya. Tapi saya hanya akan memberikan gambaran dan pemikiran saya terhadap games yang sangat berkesan bagi saya. Salah satunya adalah double rope bridge. Dimana kita menaiki seutas tali dengan pegangan tali lainnya, lalu tali tersebut di guncang dengan kerasnya oleh pelatih diatas ketinggian kurang lebih 12 meter. Apabila terjatuh, kita harus berusaha untuk bangkit kembali. Mulanya saya tidak takut untuk meaniki arena ini, karena di pengamatan saya pun, games ini memiliki keamanan yang baik. Namun baru berapa langkah saya menaiki games ini, saya merasa ‘mabuk’. Rasanya seperti menaiki kora-kora di taman hiburan. Tapi saya bisa menguatkan diri untuk terus melaju. Setidaknya dua kali saya terjatuh dari tali. Untuk pertama kali jatuh, saya bisa bangkit dengan mudah. Namun untuk yang kedua kalinya, kaki saya tiba tiba kram, namun masih bisa diatasi dan saya masih bisa bangkit dibantu oleh teman teman lainnya (oh ya, terimakasih ya rifka dan citra yang mau membantu kudanil ini naik lagi). Permainan ini menyadarkan saya akan betapa pentingnya menjaga ketenangan di situasi terburuk sekalipun. Karena kalau saya menangis dan berteriak tanpa berusaha dan berpikiran tenang, saya tidak akan bisa bangkit sama sekali.

Selanjutnya, game yang sangat berkesan bagi saya ialah sky run. Permainan ini terdiri dari satu balok besi seukuran telapak kaki yang dipasangkan di antara dua pohon sehingga menyerupai jembatan setapak di atas tanah dengan ketinggian hampir 10 meter. Terlihat biasa saja, namun game ini adalah ketakutan terbesar saya. Saya sama sekali tidak bisa untuk tidak gemetar. Dari awal game hingga akhir. Karena tali dikaitkan di punggung, maka saya seperti tidak memiliki pegangan apapun, seolah olah saya tidak memiliki tempat untuk bergantung. Hal yang dapat saya ambil dari permainan ini ialah, apabila kamu tidak memiliki tempat bergantung, cukup percaya dengan dirimu sendiri, kalau kamu tuh bisa (sok banget kamu tir).

Games ke 10 yang kami mainkan ialah folding carpet, dimana kami, diminta untuk membalikan karpet, tanpa menyentuh tanah. Pada game ini, banyak sekali yang ingin berbicara dan memerintah. Sampai saran saya sendiri pun tak lagi didengar. Tapi mungkin karena memang posisi hari sedang panas dan emosi tak terkontrol, maka mungkin ada beberapa hati yang terluka akan cara dan perkataan saya. Setelah game ini selesai, saya diliputi rasa bersalah terhadap anggota regu saya. Saya merasa, seharusnya saya lebih bisa menahan diri dan menetralkan emosi teman teman regu saya. Bukan malah ikut-ikutan emosi. Hal ini jadi beban saya hingga malam puncak berlangsung.

Games ini diadakan dalam 2 hari. Dan dalam pengumpulan pita, regu kami hanya mampu mengumpulkan 20 pita merah. Dan kami adalah kelompok dengan jumlah pita paling sedikit di regu perempuan pada CB batch 1. Sedikit banyak ini adalah kesalahan saya, dimana saya tidak mampu memotivasi teman-teman regu saya untuk mencapai target yang telah ditentukan.

Oh ya, dimalam kedua –malam jumat-, kami melaksanakan kegiatan Caraka malam. Dimana beswan diperintahkan untuk memasuki hutan sendirian, dengan bantuan arah tali yang dikaitkan dari pohon yang satu ke pohon lainnya, dalam kondisi sangat gelap tanpa penerangan selain bulan, melewati pos pos dan rintangan yang telah disiapkan oleh penyelenggara. Parahnya, saya adalah orang yang super penakut. Terlebih dengan kegelapan dan hal-hal yang berbau makhluk halus. Tapi malam itu, saya terus meyakinkan diri saya bahwa Allah ada bersama saya. Saya mencoba untuk berani dan tetap tenang. Karena saya yakin, sekali saja saya takut, atau tidak tenang, maka makin banyak pemikiran negatif yang akan menghampiri saya. Makanya, ketika saya berjalan sendirian saya sibuk untuk menyugestikan diri saya bahwa ada Allah yang akan melindungi saya. Sekalipun halusinasi dan rabun jauh adalah kombinasi yang cukup mengganggu -sehingga batang pohon pun terlihat seperti hantu- tapi tetap saja malam caraka berhasil membuat saya menjadi sosok Tiara yang pemberani!

Sampai saatnya malam puncak, ketika video kegiatan diputar, saya merasa bahwa saya sangat beruntung ditempatkan dikegiatan ini. Mungkin ratusan bahkan ribuan orang menginginkan posisi saya. Selanjutnya kami diminta untuk menuliskan sifat sifat buruk selama ini atau bahkan selama kegiatan dalam selembar kertas. Malam itu, saya menuliskan beberapa hal seperti, impulsif, kurang bersyukur, dan lain sebagainya. Selanjutnya, kertas itu dibakar sebagai simbolis hangusnya sifat sifat buruk tersebut, sekaligus berkomitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Saya, yang notabene adalah orang yang cengeng, tidak bisa berhenti menangis pada malam itu. Malam puncak kemarin cukup emosional.

Keesokan harinya saya berpisah dengan teman teman lainnya, dan harus kembali ke Bengkulu. Menurut saya, Character building adalah kegiatan yang manis untuk dikenang, namun tidak untuk di ulang. Capek wak! 

________________________

Akhirnya tulisan ini bisa mampir ke blog-ku setelah sekian purnama tersimpan rapih disalah satu folder laptop kesayangan. Mulanya, yang ku tulis di atas adalah refleksi yang harus segera ku kumpulkan ke pembina sepulangnya aku dari CB 2019. Dan ga sengaja, tulisan ini ku baca lagi di minggu pertama bulan maret 2021, dan muncullah ide untuk membagikan sedikit cerita ini melalui blog-ku. Mungkin tua nanti, ketika file ini hilang, atau bahkan laptopku rusak, aku tetap bisa baca ceritaku selama ikut CB. Aku ga cerita secara keseluruhan –yaiyalah, kepanjangan!-, dan aku juga ragu untuk menjadi spoiler bagi degem-degem beswan angkatan selanjutnya, jadi kuceritakan sedikit saja, ya.

Banyak hal yang terjadi saat cb, yang masih terus ku ingat sampai hari ini. Sarung tanganku yang hilang ketika aku melarikan diri untuk bersembunyi dibalik pohon saat bom terdengar –yang ternyata disembunyikan pelatih karena keteledoranku sendiri-, dan berujung dengan hukuman 750x push up (Fyi ada banyak hukuman yang menanti apabila kami kehilangan atribut atau melanggar rules yang ada). Parahnya, bom terdengar di saat jam makan! yaaa menurut ngana sajalah. Mana sempat aku mengurusi sarung tangan, wong aku lagi makan! Belum lagi ingatanku tentang kiki –teman satu reguku-, yang ngacir bawa paha ayam saat bom terdengar. Eunike yang jantungnya kambuh ketika kelelahan dan terkejut saat bom. Kakak nico yang bisa makan sampai nambah 3 kali dalam waktu 5-10 menit tapi nangis ketika naik double rope bridge dan masih sempat berkata “Bapak! Sa punya nyawa tak dijual di toko! Sa mo pulang!” di sela tangisannya. Sampai agenda poco poco bersama pelatih saat malam puncak! That was such a good memories! Oh ya, kabar baiknya, aku sudah bisa mengatasi beberapa sifat burukku yang turut terbakar di malam puncak cb, loh! Hoho.

Dan teruntuk beswan36, aku turut sedih kalian ga ngerasain cb karena pandemi, tapi semoga kalian bisa mendapatkan pengalaman serupa di lain kesempatan! 



 Sampai jumpa ditulisan lainnya, ya!

Salam hangat,

Tiara Rahmadani Putri

Beswan Djarum Bengkulu 2019/2020

 

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer